SEJARAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN KARET

Oleh : Akhmad Rouf (Kelti Agronomi)

Karet pertama kali dikenal di Eropa, yaitu sejak ditemukannya benua Amerika oleh Christopher Columbus pada tahun 1476. Orang Eropa yang pertama kali menemukan ialah Pietro Martyre d’Anghiera. Penemuan tersebut dituliskan dalam sebuah buku yang berjudul De Orbe Novo (Edisi 1530). Pada tahun 1730-an, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan (karet) tersebut.

Istilah rubber pada tanaman karet mulai dikenal setelah seorang ahli kimia dari Inggris (tahun 1770) melaporkan bahwa, karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari pensil. Kemudian masyarakat Inggris mengenalnya dengan istilah Rubber (dari kata to rub, yang berarti menghapus). Pada dasarnya, nama ilmiah yang diberikan untuk benda yang elastis (termasuk karet) ialah elastomer, tetapi istilah rubber-lah yang lebih populer di kalangan masyarakat pada waktu itu.

Pada awal abad ke-19, seorang ilmuwan bernama Charles Macintosh dari Skotlandia, dan Thomas Hancock mencoba untuk mengolah karet menggunakan bahan cairan pelarut berupa terpentin (turpentine). Hasilnya karet menjadi kaku di musin dingin dan lengket di musim panas. Hingga akhirnya Charles Goodyear pada tahun 1838 menemukan bahwa dengan dicampurkannya belerang kemudian dipanaskan maka keret tersebut menjadi elastis dan tidak terpengaruh lagi oleh cuaca. Sebagian besar ilmuwan sepakat untuk menetapkan Charles Goodyear sebagai penemu proses vulkanisasi. Penemuan besar proses vulkanisasi ini akhirnya disebut sebagai awal dari perkembangan industri karet.

Menidaklanjuti apa yang disampaikan Charles Marie de la Condamine dan Francois Fresneau dari Perancis bahwa ada beberapa jenis tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, kemudian Sir Clement R. Markham bersama Sir Joseph Dalton Hooker berusaha membudidayakan beberapa jenis pohon karet tesebut. Hevea brasiliensis merupakan jenis pohon karet yang memiliki prospek bagus untuk dikembangkan dibanding jenis karet yang lainnya.

Pada saat Perang Dunia II berlangsung, ketersediaan karet alam mengalami penurunan yang cukup drastis. Kemudian pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik guna memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini lambat laun mengakibatkan permintaan terhadap karet sintetis meningkat pesat sehingga mengurangi permintaan karet alam. Dalam jangka waktu 3 tahun sesudah berakhirnya Perang Dunia II, sepertiga karet yang dikonsumsi oleh dunia adalah karet sintetik. Pada tahun 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia, sebaliknya, karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton dan terus bertambah hingga sekarang. Hasil studi dari Task Force Rubber Eco Project (REP) yang dibentuk oleh International Rubber Study Group (IRSG) pada tahun 2004 menyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 diperkirakan mencapai 31,3 juta, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam.

Di Indonesia sendiri, tanaman karet pertama kali diperkenalkan oleh Hofland pada tahun 1864. Awalnya, karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Selanjutnya karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di beberapa daerah. Sejarah karet di Indonesia mencapai puncaknya pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Namun sejak tahun 1957 kedudukan Indonesia sebagai produsen karet nomor satu digeser oleh Malaysia. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya mutu produksi karet alam di Indonesia. Rendahnya mutu membuat harga jual di pasaran luar negeri menjadi rendah.

Meskipun demikian komoditas karet masih berpengaruh besar terhadap perekonomian negara. Karet mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa negara. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995, dan 1,9 juta ton pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan produksi mencapai 3,5 juta ton, dan tahun 2035 mencapai 5,1 juta ton.

Sumber :

Anwar, C. 2006. Manajemen dan teknologi budidaya karet. Makalah pelatihan “Tekno Ekonomi Agribisnis Karet” . 18 Mei 2006. Jakarta.

Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Kanisius. Yogyakarta.

Woodruff, W. 1970. Rubber. Encyclopedia Britannica. 1970. Vol : 19.

10 Responses to SEJARAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN KARET

  1. Andy MSE berkata:

    saya pernah baca buku biografinya c. goodyear… beliau bener2 orang yang luarbiasa…
    sayang sekali ban merek goodyear sekarang kalah sama michelin dan bridgestone, hehehe…
    *sejak kecil sya cukup akrab dengan pohon karet karena rumah dekat dengan kebun karet, seringkali nyari kayubakar di hutan karet, bahkan pernah juga makan menje, olahan dari klenthang -biji karet-*

  2. yosiasnelka berkata:

    karet merupakan usaha yang menjanjikan,thans artikelnya

  3. pur berkata:

    pak saya numpang tanya ap[akah obat untuk jamur akar dan jamur batang pada tanaman karet saya mohon petunjuk dan dimana saya bisa mendapatkannya tolong dikirim ke email saya pur_cahyo@yahoo.com

  4. Botax Juga Windy berkata:

    ada yg mengatakan ,tanaman karet berasal dr Brasil,….
    yg mana yg benar , ???

  5. eko berkata:

    Informasi menarik…

  6. AGUS MUNAWAR berkata:

    Mas Rouf apakah bisa kerjasama dengan saya untuk suply klon unggul karet IRR104;112;118, BPM24; PB330. Saya tunggu segera kabarnya di hp 08158095439 (Pak Ahus Munawar).

  7. intanps berkata:

    posting yang bagus, dapat menambah wawasan saya. kalo ada waktu mampir yuk ke blog saya
    http://hoshikanoshi.blog.stisitelkom.ac.id/
    ditunggu ya ^^

  8. Informasi yang sangat bagus…! untuk informasi bibit durian bisa mampir ke web kami..

  9. rokhim berkata:

    Terima kasih atas ilmu nya pak….

  10. arigetas.com berkata:

    Bapak Ibu Mas dan Mbak pengunjung blog yang kami hormati, Balai Penelitian Getas sudah memiliki website resmi di:

    http://balitgetas.co.id/

    Anda semua dipersilakan untuk berkunjung ke tautan tersebut. Terima kasih 🙂

Tinggalkan komentar